6 Oktober 2011

TAK SEKEDAR NYAMPAH


Jadi ibu rumah tangga di rumah sendiri (baca: gak bareng ortu) otomatis semua pekerjaan rumah juga di handle sendiri, jadi ngerti kenapa Bu Sisca Suwitomo membuat buku resep masakan untuk menu selama 30 hari muali untuk sarapan pagi, makan siang dan makan malam beserta makanan-makanan selingannya, ternyata meskipun udah lumayan bisa masak tapi masalah justru muncul dari menentukan ide “apa menu hari ini?”. Sudah di depan tukang sayur, ngubek sana ngubek sini, lammmaaa, dan bingung mau beli apaan. Dan akhirnya belanja itu lagi…itu lagi... Hmm… untung sekarang ada buku menu ini. Bu Sisca, makasih ya bukunya, sangat membantu sekali lho!

Problem dapur ternyata belum selesai sampai di situ, karena ada urusan yang tak kalah penting dan tak dapat dihindari adalah sampah. Di dalam rumah kami terdapat 1 buah tempat sampah, dan di luar pagar ada 1 lagi yang lain yang tiap hari diangkut oleh petugas kebersihan komplek. Kalau dulu masih tinggal serumah dengan Ibu, aku termasuk jarang membuang sampah dari tempat sampah di dalam rumah menuju tempat sampah yang di luar, sekarang saat sudah tinggal di rumah sendiri otomatis akulah yang meng-handle. Tanggungjawab baru inilah yang akhirnya membuatku baru menyadari begitu banyaknya volume sampah rumah tangga yang dihasilkan setiap harinya. Sangat terasa sekali, perasaan baru saja melapisi tampat sampah dengan kantong plastik yang baru, eee sudah penuh aja dan membuangnya kembali ke luar dan memasang plastik baru lagi. Fiuuuhhh… pantesan Stadion Gelora Bung Tomo yang megah itu tidak juga difungsikan akibat lokasinya yang berdekatan dengan TPA Benowo sebagai tempat pembuangan akhir sampah warga Surabaya yang menggunung.

Sebagai mantan aktivis lingkungan hidup (bo’ong-bo’ongan tapinya, hehehe) aku tentu saja merasa bersalah karena turut menyumbang gundukan sampah di TPA apalagi tanpa usaha untuk meminimalisirnya. Hmm… gimana ya enaknya…???

Aku meminta suami buat belikan tempat sampah satu lagi supaya sampah langsung bisa kupilah dari rumah antara yang kering dan basah, doi menyanggupi, tapi tempat sampah yang kupesan tak juga duduk di depan rumah, hmmm…

Akhirnya kebiasaan baru yang baik itupun dimulai, berawal karena resah atas menipisnya stok plastik berukuran besar yang muat dipakai alas tempat sampah. Jadi ceritanya selama ini meskipun plastik tersebut belum berisi penuh oleh sampah tapi mau tak mau harus dioper ke luar karena sudah mulai bau basi oleh sisa makanan. Nah, karena untuk ngirit plastik besar akhirnya aku mulai menghentikan kebiasaan membuang sampah makanan (sampah dapur / sampah basah) ke dalam tempat sampah melainkan langsung kubuang di plastik kecil dan langsung dibuang ke tong sampah depan rumah begitu dapur selesai dibersihkan usai memasak pagi hari. Dari situlah kemudian setelah beberapa hari aku baru menyadari bahwa sebenarnya nggak se-banyak itu sampah yang dihasilkan di rumah kami dan membuatku lebih jarang menggonta-ganti plastik besar untuk alas tempat sampah, karena ternyata sampah organik (sisa potongan sayur, kulit buah, sisa makanan, nasi, dll) lebih banyak volumenya dari pada sampah non-organik (plastik detergent, bungkus permen, cotton-bud, botol minuman, dll).

Dari alasan yang tidak disengaja itulah akhirnya aku mulai terampil memilah sampah, nanti kalau sudah punya tong sampah yang representatif aku mau mulai meng-komposter sendiri sampah rumah tanggaku aaah… Ternyata memilah sampah itu nggak berat kok. Yuk kita mulai membiasakan memilah sampah dari rumah!! Biar bumi kita makin indah. OK, sahabat!!

0 comments: