27 Desember 2007

Keniscayaan-ku

Ada banyak episode dimana dialog hanya terjadi dalam maya, dan suara pun kelu bahkan tuk sekedar jernihkan muara,. Nada-nada dalam semesta jiwa bergalaksi tiada tepi, mengalunkan cahaya mengembara menyentuh aksara.

Sebuah kata, lahir secara jujur dari hati yang dipenuhi selaksa makna. Dari sebuah kata, lahirlah pemaknaan dan paradigma, dan dari sebuah kata pula makna dihayati hingga lahirlah bijaksana.

Adalah kata, yang menjadi dawai bagi biola jiwa. Adalah kata, yang lantunkan sajak yang terbaris dalam relung. Adalah kata, yang kadang tak perlu disabda untuk dapat dimengerti. Sebab kata, adalah lentera.

Assalaamualaikum wa Rahmatullah wa Barakaatuh

Jutaan salam kusampaikan kepada saudara sekalian, insan kecil ini hanyalah satu diantara milyaran, milyaran dari saudara sekalian yang juga menyimpan jutaan kata berbalut tinta mengalunkan makna.

Hampir selalu benak insan kecil ini berdenyut hebat tatkala deras makna mengalir, aliran yang kerap membuat malam tiada pernah menginginkan mata terpejam. Awal yang tidak disadari sedari dini bahkan disesali, hingga akhirnya dipahami bahwa sebuah simfoni sedang tersenyum pada insan kecil ini.

Tiada harapan besar tersemat mengiringi derap barisan kata yang tersusun, tiada keinginan berlebih bersemayam membersamai makna yang terungkap. Hanya untaian syukur yang insan kecil ini mampu lantunkan karena kata demi kata bersedia tersusun mewakili makna. Hanya untaian syukur yang insan kecil ini mampu haturkan manakala saudara sekalian memperkenankan diri mengintip rajutan kata ini.

Dan akhirnya “Li kulli syai-in maziyyah” mengiringi terajutnya sebentuk cita, cita yang seirama dengan nama “Excellence”, sebuah kata yang menjadi motivator terdahsyat bagi insan kecil ini menjadi seorang yang Excellent (Eng: unggul,) atau Faiq (Arab: unggul)

Wassalaamualaikum wa Rahmatullah wa Barakaatuh