8 Januari 2019

Aqueena with Her Sixth Sense


"Tutup aja ma pintunya, ada yg mau ngikut aku ngaji" Brakkk!!! Pintu kamarpun dibanting oleh Aquin.

Sepenggal kejadian itu sebenarnya sudah pernah saya tuliskan di status facebook beberapa tahun lalu. Hanya kejadian singkat dan spontan, tapi cukup menggambarkan bahwa saat itu ada sosok makhluk lain yg bisa dilihat oleh aquin namun tidak oleh kami.

Semua berawal saat Aquin berusia 2,5tahun, saya ingat banget waktu itu kami sedang makan di gerai Pizza di dalam sebuah Mall. Sembari bermain2 balon yg ia dapatkan, Aquin bercerita bahwa hari itu dia baru kenal dan bermain dg seorang 'teman'. Ohya saya ulangi lagi, usia aquin saat itu adalah 2,5 tahun, dimana fase perkembangan bahasa Aquin baru mulai bisa merangkai kalimat, karena saya ingat banget saat tepat usia 2 tahun dia mengucapkan kalimat pertamanya (yg terdiri dari 3 rangkaian kata). Jadi di usia 2,5 tahun saya tidak yakin kalau dia sudah bisa mengarang bebas semaunya, karena merangkai kalimat saja dia baru bisa.

Saat itu dia cerita kalau punya teman bernama Pak Maman, saat kami elaborasi lebih lanjut, dia dg detail menceritakan siapa dia, bagaimana ciri fisiknya, di mana rumahnya, dan bermain apa saga. Terus terang saat itu saya sangat tertegun, saya berusaha menggali ingatan apakah pernah keluar dari mulut saya dan suami, nama Pak Maman, dan jawabannya jelas tidak, karena tidak ada nama itu dalam lingkup pergaulan kami sehari2, jadi kami pun menyimpulkan bahwa nama itu bukan asal niru nama yang pernah dia dengar.

Di lain kesempatan, aquin bercerita tentang 'teman'nya yg lain yg bernama Mbak Da', dan lagi2 nama itu bukan nama yg pernah kami ucapkan dan tidak ada satupun kenalan kami yg memiliki nama panggilan itu.

Hari demi hari, Aquin semakin banyak bercerita tentang 'teman-teman'nya itu, saya yg mulai meyakini bahwa sepertinya memang ada interaksi Aquin dengan dunia lain, sebisa mungkin saya berusaha mengikuti alur cerita Aquin, berusaha mempercayainya, dan tak pernah sekalipun membantahnya atau bahkan mementahkannya.

Hingga suatu waktu, Aquin mulai bercerita bahwa ia bertengkar dengan 'teman-teman'nya itu, ya bertengkar ala anak2, seperti rebutan mainan, rebutan jajan, sampai saat saya tanya "Adek hari ini nggak main sama si A?"
Dia menjawab " Nggak mau, aku gak mau main sama A, kemarin aku habis dinakalin, aku dipukul"
Fiuuuuh.... dari situ saya mulai resah, gimana ya... perasaan ibu saat anaknya merasa tidak nyaman dg temannya, sementara ibunya gak bisa membela, lha piye mau membela, wong ibunya aja gak pernah lihat teman2nya itu... wkwkwkwkwk....

Selain cerita tentang 'teman-teman' bermainnya itu, hampir setiap hari keluar dari mulut aquin, celetukan2 yg sukses bikin saya merinding..

"Ma, itu yg di dalem rumah itu siapa sih?" Sambil dia menunjuk rumah tetangga kami yg sudah tak berpenghuni beberapa bulan.

"Ma, itu mbak2 udah gede kok mainan di atas pohon malem2 sih... " dan lain sebagainya.

Akhirnya, pas kebetulan kami bertiga mudik ke Lamongan, saya berdiskusi dg suami, gimana kalau kita konsultasikan kondisi Aquin ini sama orang yg 'pinter', kebetulan si Ayah punya teman yg juga sekaligus putra kyainya yg bisa melihat makhluk dunia lain. Dan kami pun berangkat ke sana. Sembari ngobrol2 santai, kami ceritakan semua kejadian demi kejadian tentang Aquin berkaitan dg hal2 di luar pandangan mata kami. Dari situ kami mulai paham, bahwa segala yg dicelotehkan Aquin memang bukan sekedar bualan atau imajinasi anak2, karena semua yg diceritakan Aquin sama persis dg gambaran yg diungkapkan oleh teman si Ayah, tentang gambaran seorang Pak Maman, Mbak Da', dimana rumah mereka, bagaimana karakteristik mereka.

Hingga akhirnya kami sepakat pada kesimpulan, bahwa Aquin memang punya sixth sense, namun karena sejauh ini belum mengganggu, maka kita putuskan untuk dibiarkan (tidak dihilangkan) karena tampaknya Aquin masih kuat. Selain itu, memang dari saya pribadi meyakini bahwa ini masih dalam batas wajar karena banyak terjadi pada anak seusia Aquin, yg katanya semakin besar si anak nanti akan hilang dg sendirinya.

Puncaknya, suatu hari di bulan februari 2017, di televisi sedang heboh pemberitaan tentang meninggalnya saudara tiri dari perdana menteri Korea Utara yang dicurigai telah dibunuh oleh seorang TKW asal Indonesia. Di hari yg sama saat informasi itu gencar diberitakan, yg mana saat itu belum ditemukan pelakunya, Aquin bercerita bahwa dia punya teman baru bernama Aisyah. Sebagai info, saat itu Aquin usia 3tahun 7bulan atau belum genap 4 tahun, jadi belum sekolah, belum punya banyak teman dg nama2 yg mungkin saya tidak hafal, jadi saya meyakini bahwa nama yg dia sebutkan bukan asal niru nama orang yg pernah didengarnya, karena di sekeliling kami jg saat itu tidak ada yg bernama Aisyah.

Saya yg hari itu masih bereaksi biasa saja karena menganggap Aquin punya teman seperti sebelum2nya, tiba2 terkejut bukan kepalang saat esok harinya, pembunuh Kim jong nam ditemukan dan namanya adalah..... siti aisyah.

Saya sampai berdebar2 seharian itu, berbagai bayangan cerita tentang anak indigo yg dulu pernah saya dengar dan baca tiba2 seperti berputar2 di kepala saya. Oh tidak... jika kemarin2 saya masih santai saat tau Aquin bisa berkomunikasi dg dunia lain. Tapi bermula dari kejadian ini, saya benar2 shock, apakah benar Aquin bisa melihat masa depan???? Ya Allaah...

Hari itu saya buka2 kembali tulisan tentang anak2 indigo, karakteristiknya, cerita2 di baliknya dan saya terus berdebar2 ketakutan, benarkah anak saya indigo? Apakah saya siap menghadapi jika memang itu benar??

Bersambung....