22 Mei 2013

PROGRAM HAMIL (Part.4) Akhirnya Terapi dan Penantian itu Bermuara Juga, "Alhamdulillah, Aku Positif Hamil! "

Posting kali ini bakalan sangat panjang ya! Semoga tidak bosan membacanya…
Ohya, cerita program hamil bagian sebelumnya ada di link-link berikut ini ya:

Akhir Agustus 2012 – Akhir September 2012
Berbunga-bunganya hati usai berkonsultasi dengan dokter Ryan terus menjadi warna tersendiri dalan hari-hari kami, aku melihat semangat yang lebih membara pada hari-hari si Mas, aku tau si Mas sedang dalam kondisi high motivated. Aku pun tak mau ketinggalan, aku juga harus mengimbangi semangat yang sedang berkobar itu.

Keesokan harinya, aku segera mengatur rencana untuk menjalankan semua saran dokter. Pertama-tama aku beli satu set gelas tutup bervolume + 500ml dari Tupperware, gelas ini akan kugunakan untuk menyimpan jus-jus tomat yang akan dikonsumsi si Mas tiap hari, selain itu aku juga membeli wadah-wadah lain yang lebih besar yang akan kugunakan untuk menyimpan sayur yang harus dikonsumsi si Mas sesering mungkin. Oke, semua sudah siap! Saatnya beraksi…! :)

Setelah periksa dengan dokter Ryan tanggal 30 Agustus 2012, rutinitas baru kami saat ini adalah belanja tomat buah (yang besar-besar itu lho, bukan yang buat sayur), biasanya aku beli langsung 5kg, itu juga gak sampai seminggu sudah habis, karena aku mau ikutan si Mas minum jus tomatnya, bukan apa-apa sih, ya biar si Mas ada temennya aja, kan jadi lebih semangat kalo bareng-bareng minum jus tiap hari :)

Selain tomat, item belanjaan yang baru adalah sayuran. Aku biasanya beli wortel import (kenapa import, karena menurutku kalau dimakan mentah dia lebih bersahabat baunya, nggak ‘langu’), lalu jagung manis, baby buncis (buncis yang biasa juga nggak papa, tapi aku memang lebih suka yang baby buncis karena menurutku lebih padat teksturnya dan tidak mudah lembek ketika direbus), kemudian selada, dan brokoli (awalnya beli yang hijau, tapi ternyata si Mas kurang suka, makanya ganti yang putih)

Nah, setelah semua sudah siap, perjalanan hari-hari dengan sayur dan tomat pun berlangsung. Tiap malam aku merebus tomat untuk kusimpan dalam kulkas dan di-jus keesokan harinya, kenapa merebusnya malam? Karena kalau direbus pagi seringkali nggak keburu karena si Mas berangkat ke kantor pagi-pagi sementara untuk membuat jus harus menunggu tomatnya dingin lebih dulu. Nah, kalau sudah direbus sejak malam kan pagi-pagi bisa langsung di jus. Ohya untuk ukurannya, memakai 4 buah tomat untuk satu orang ya! Airnya jangan banyak-banyak biar nggak terlalu encer, yah sewajarnya aja seperti kita bikin jus biasanya. Untuk airnya bisa pakai air rebusannya itu, trus bisa ditambah susu atau gula, atau air perasan jeruk, apa aja deh, yang penting doyan :). Ohya, banyak juga lho yang nanya, kenapa harus direbus tomatnya? Kalau tomat segar aja bisa nggak? Oke, jadi begini, menurut bapak dokter yang baik hati *tsaaahh* kalau tomat segar biasa itu hanya mengandung vitamin C saja. Sedangkan kalau direbus, tuh tomat mengandung Lycopene (likopen), kalo kata dokter Ryan Lycopene itu pigmen merah yang terdapat pada buat tomat dan semangka, manfaatnya juga banyak yang tentu saja diantaranya adalah untuk memperlancar pembuluh darah sehingga bisa meningkatkan jumlah sperma dan mempercepat gerakannya. Kalau menurut mbah gugel kurang lebih sama, bisa di cek di sini 

Selanjutnya, untuk sayur-sayurnya mau kubikin salad sayur
  • Wortel di parut kasar (kalau bahasa jawa ‘di pasrah’)
  • Jagung manis dipipil kemudian di rebus sebentar (sebentar banget ya!)
  • Baby buncis dipotong-potong 2cm atau sesuai selera kemudian direbus sebentar (biar gak kematengan, biasanya setelah direbus langsung kumasukkan dalam air dingin untuk menghentikan pemasakan)
  • Brokoli juga direbus sebentar
  • Selada cukup dipotong-potong sesuai selera aja
Nb: untuk yang merebus sayuran hijau jangan lupa airnya dikasih garam sedikit ya, biar khasiat warna hijau sayurannya gak hilang

Setelah semua selesai, langsung kusimpan dalam wadah Tupperware, bukannya promosi merek ya, tapi memang beda kok kalau disimpan dalam wadah yang kurang kedap udara, soalnya aku biasanya bikin langsung banyak, makanya biar lebih awet harus disimpan dalam wadah yang kedap udara. Contohnya wortel parut kasar itu pernah kusimpan dalam wadah biasa, eee baru disimpan pagi, sorenya udah kering. Nah, kalau ditaruh di wadah yang kedap udara, bisa tahan sampai 2 hari atau maksimal 3 hari sudah harus habis. Trus, bagaimana mengkonsumsinya? Masa iya tuh sayur-sayur dimakan gitu aja? Hmm… tentu tidak! Tenang aja, dijamin enak kok! Karena sayur-sayur itu dimakan pakai mayonnaise, so rasanya gak kalah dengan salad sayur di Pizza Hut (ups!). biasanya aku beli mayonnaise yang ada di Indo atau Alfamart, merek Mamasuka, nah karena si mas gak suka dengan yang tawar (warna putih) makanya biasanya kubikin kayak di Pizza Hut yang warna agak merah itu, caranya dengan dicampur saus sambal dan merica bubuk. Taraaaa…. Makanan sudah siaaappp!!! :) si mas suka banget lho dengan salad ini, aku pun jadi girang, secara kan si Mas sebelumnya susah banget kalau disuruh banyak makan sayur, alhasil saat ke kantor pun dia minta dibawain salad dan jus tomat, biasanya begitu sampai kantor langsung disimpan dalam kulkas dan nanti pas istirahat baru dimakan. Kadang-kadang juga di atas saladnya kutaruh udang goreng crispy, wah makin mantap aja kayak Fresh Garden Salad nya KFC. Yummy…..

Rutinitas itu pun kami jalani hingga kurang lebih sebulan (sebenernya obatnya si mas hanya untuk 20 hari) tapi karena waktu periksa ke dokter Ryan pertama kali itu aku sedang haid, makanya mas nunggu sampai siklusku datang dulu, baru kalau memang beneran haid bulan itu baru kembali kontrol.

Akhir September – Akhir Oktober 2012
Assalamu’alaikum, dokter Ryan….
Yups! Tanggal 29 September 2012 kami kembali kontrol ke dokter Ryan, seperti biasa pak dokter yang satu ini memang doyan ngobrol, so meskipun sudah periksa ke dua kalinya tetap saja beliau mengajak ngobrol panjang, tentunya di luar tema pemeriksaan ya…
Setelah disuntik dan diberi obat, dokter menanyakan siklus haid-ku. Ohya bulan lalu saat periksa pertama dokter juga menghitung siklus haid-ku yang kemudian diberikan jadwal berhubungan buat kami. Yups! Memang harus dijadwal, karena biar bisa pas menyesuaikan dengan masa ovulasi sel telur. Nah, begitu sudah dihitung tanggal berapa terjadi ovulasi, maka dibuatlah jadwal berhubungan dalam radius 5 hari sebelum dan sesudah penghitungan masa ovulasi. Trus, bagaimana jadwalnya? Kalau menggunakan ilmunya dokter Ryan, hubungan suami istri dilakukan dengan memberi jarak 2 hari, contohnya; tanggal 10, kemudian tanggal 13, lalu tanggal 16, dst. Kenapa demikian? Karena sperma mampu bertahan selama 2 hari, sehingga meskipun dikeluarkan tanggal 10 dan pada tanggal itu belum bertemu dengan sel telur, maka sperma tersebut masih bisa bertahan (tidak mati) sampai 2 hari. Selain itu, pemberian jarak 2 hari adalah agar sperma kembali diproduksi oleh suami dan dimatangkan terlebih dahulu sebelum kembali dikeluarkan, karena jika misalnya dikeluarkan setiap hari maka kualitas sperma belumlah bagus atau belum matang, sementara jika kondisi sperma belum matang maka tidak akan mampu bertahan lama apalagi untuk membuahi, malah sperma yang baru tersebut berpotensi bisa merusak sperma yang telah dikeluarkan di hari sebelumnya yang sedianya masih harus bertahan 2 hari menunggu sang sel telur. Hhhhh…. Udah kayak ngasih 2SKS kuliah reproduksi nih. Hehe… ohya, kenapa aku bilang menurut ilmunya dokter Ryan? Karena aku udah beberapa kali ganti dokter kandungan di sidoarjo, dan menurut beliau-beliau penjadwalan hubungan suami istri beda dengan yang dibilang dokter Ryan. Begonooo… :)
 
Tak lupa, dokter Ryan gak ketinggalan berpesan “Kalo istrinya positif, saya dikabari ya…!:) trus dilanjutin lagi, “Kalo sudah telat 2 hari, boleh di-testpack

Oke, capcuss..!!

Di bulan ini kami masih terus menjalankan terapi dari dokter Ryan ya… mulai dari jus tomat rebus, konsumsi banyak sayur, pakai sarung, dan obat tentunya. Sampai kurang lebih sebulan kami kembali kontrol, lagi-lagi tentu saja menunggu siklus datang bulanku datang dulu (meskipun obatnya si Mas udah habis. Hehehe…)

Akhir Oktober – Akhir November 2012
Kembali kencan dengan dokter Ryaaan…!!!
Masih seperti 2 kali kontrol sebelumnya, kali ini tanggal 27 Oktober 2012 kami kembali kontrol. Masih seperti biasa, si Mas disuntik dan diberi obat dan kami masih diminta terus melanjutkan terapi-terapinya. Karena ini sudah kontrol ke tiga kali, menurut perhitungan dokter Ryan seharusnya sperma si Mas sudah pulih dan normal, makanya malam itu kami juga diberi surat rujukan untuk menjalani tes analisis sperma kembali untuk melihat peningkatan hasil treatment yang sudah dijalani selama kurang lebih 3 bulan itu.

Kata dokter Ryan, kalo sudah normal, bisa kembali melanjutkan program hamil dengan Dokter Maksum, Sp.Og. Kalau masih belum normal, ya lanjut dengan dokter Ryan dulu. Ohya, aku lupa cerita, jadi selama si Mas treatment dengan obat dari dokter Ryan, aku terus mengkonsumsi vitamin dan asam folat lho! Itu pesan dokter maksum waktu itu, makanya meski gak periksa dengan dokter maksum aku terus beli obat itu di apotik dan mengkonsumsinya tiap hari (jiaaahh… ketauan bo’ong-nya, padahal kan munim obatnya sering lupa-lupa males gitu. Wkwkwk…)

Setelah sebulan berlalu, sesuai siklus harusnya tanggal 27 November 2012 (hari Selasa) aku datang bulan, tapi sampai hari itu tak ada ‘tamu’ datang. Aku nggak kepikiran sama sekali kalau siklus bulan itu bakalan mundur, karena melihat beberapa bulan terakhir siklusku selalu tepat, atau kalaupun meleset maka bukannya mundur tetapi maju, itupun 1 hari saja.

Rabu, 28 November 2012, aku masih menunggu si ‘dia’ datang namun tak jua muncul. Belum sempat aku bilang sama si Mas, ternyata si Mas yang juga ikut menghitung siklusku akhirnya nyinggung duluan. “Udah telat sehari ya, Say? Kalo sampe 2 hari kan kata dokter Ryan boleh di testpack?!” Hmm…

Kamis, 29 November 2012, haid-nya tak juga datang. Sebetulnya aku mulai merasakan ada yang aneh dengan diriku, terutama sejak kemarin dan hari ini, nggak tau kenapa kok tiba-tiba mual, mungkin efek sakit fertigo-ku yang baru-baru ini muncul, tapi aku simpan sendiri, aku nggak berani nunjukin ke si Mas, takutnya si Mas terlalu berharap namun akhirnya ternyata aku haid juga. Pagi itu kami melaksanakan aktifitas seperti biasa, si Mas pergi ke kantor, dan aku pergi ke Sekolah. Hari itu aku tak banyak jadwal mengajar, lebih banyak duduk-duduk di kantor, tapi aku merasa lemas sekali dan sedikit mual (meskipun nggak ada rasa ingin muntah).

Akhirnya, karena makin siang aku merasa makin mual, aku memutuskan untuk keluar ke apotik yang kebetulan ada di seberang gerbang sekolah. Biasanya aku selalu punya persediaan testpack di rumah, soalnya setiap belanja bulanan aku selalu mampir di Century beli testpack yang model compact merek HCG, harganya lumayan juga, tapi ya selalu terbuang sia-sia dengan hasil negatif. Hehehe… makanya hari itu mumpung di apotik ada banyak pilihan merek, aku mau beli yang murah aja, merek OneMed yang harganya 3000 rupiah itu lho! Dan gak tanggung-tanggung aku langsung beli 3pcs, tapi tiba-tiba jadi ragu sendiri, hmm… ya udah deh beli satu lagi yang sedikit mahal (meskipun masih lebih mahal yang HCG), kalau nggak salah mereknya Amor (what?? Merek apaan tuh?) ah, yah sudahlah, pokoknya beli aja, harganya juga cuman 10.000 rupiah kok.

Allahu Akbar…!!!
Sesampainya di kantor, aku langsung menuju ke kamar mandi, membawa gelas plastic kosong untuk penampung urine, kubuka kemasan testpack yang merek Amor dan kucelupkan strip-nya. Muncullah garis pertama, aku masih santai, “ah udah biasa” pikirku. Biasanya aku lantas mengalihkan pandangan dari strip testpack tersebut, karena memang biasanya aku akan menunggu cukup lama menanti garis kedua yang akhirnya nggak muncul juga sampai berjam-jam kemudian (hehehe…). Namun hari itu berbeda, karena setelah garis pertama muncul, hanya berselang beberapa detik muncullah garis ke-dua dengan sangat jelasnya. Hatiku menjerit, “ALLAHU AKBAR!!!” tak terasa tiba-tiba air mata meleleh begitu saja, aku masih belum juga percaya, dalam benakku terbersit keraguan “Jangan-jangan testpack merek Amor (yang belum pernah kubeli sebelumnya) punya aturan berbeda, jangan-jangan kalo yang merek amor itu 2 garis berarti negatif” akupun segera membaca petunjuk di kemasannya. “Allahu Akbar!! Ini benar-benar positif” aku menangis sesenggukan di dalam kamar mandi kantor. Akhirnya aku bergegas keluar dari kamar mandi. Kebetulan kamar mandi di kantor berdempetan dengan musholla kecil, entah sadar atau tidak sadar, aku yang tidak sedang memakai mukena, tidak dalam keadaan suci (belum wudlu) langsung saja bersimpuh di atas sajadah yang terhampar di lantai musholla, kupanjatkan sujud syukur sedalam-dalamnya, aku menangis, memekik dalam doa, mensyukuri betapa Allah Maha Baik, Allah Maha Memberi kejaiban, Allah Maha Mengabulkan doa hamba-Nya. Subhaanallah wal hamdu lillah wa laailaha illallah Allahu Akbar

Setelah selesai memanjatkan syukur, aku keluar kembali menuju kantor, tiba-tiba saja aku ling-lung mau berbuat apa, berpindah duduk dari satu ruangan ke ruangan yang lain hingga akhirnya aku bisa mengendalikan diriku sendiri. Kuraih handphone, hmm pulsa telpon sedang habis, kukirim BBM ke si Mas, “Mas telpon sekarang! Penting!”, dan si Mas langsung menelpon,

Ada apa, say?” aku langsung menangis, si Mas bingung,
 “Kenapa?”, tanyanya.
Sambil terbata-bata aku menjawab,
Adek hamil, Mas! Barusan di tes, positif
Alhamdulillaaah….” Kudengar si Mas spontan berseru. Ada getar dalam suaranya, aku tau si Mas juga ingin menahan haru namun ia terdengar lebih tenang.
Kapan tes-nya? Sekarang dimana? Sudah di rumah?” si Mas memberondongku dengan pertanyaan.
Kujelaskan semuanya kronologis yang kualami hari itu. Kudengar si Mas berulang kali mengucapkan syukur, seolah tak percaya bahwa panantian panjang itu akhirnya menemukan muaranya. Kami bersuka cita meski lewat media antara. Hari itu kami diliputi kebahagiaan tiada tara, tak terungkapkan. Terima kasih Ya Allah…..

Sesampainya kami berdua di rumah, kamipun berpelukan erat, berbahagia, dan bersyukur sebanyak-banyaknya kepada Sang Pencipta yang memberikan anugrah pada saat yang tentunya sangat tepat. Setelah 2,5 tahun menunggu sejak kami menikah Juli 2010 lalu. Iya, memang hanya Allah yang tau yang terbaik untuk kita, dan hanya Allah yang tau saat yang paling tepat untuk kita. Fa biayyi aalaa’i Robbikumaa tukadzdzibaan….

19 Mei 2013

PROGRAM HAMIL (Part.3) Terapi Untuk Terratozoospermia; Suntik, Jus Tomat Rebus, Makan Sayur, Pakai Sarung

(Sebelumnya baca juga yang Part.1 ya! klik di sini  dan untuk yang Part.2 ada di sini)

Malam itu juga kami meluncur ke tempat praktek Dr.Ryan, Sp.And. Hanya butuh kurang dari 10 menit dari tempat praktek Dr.Maksum kami sudah sampai dan melihat deretan beberapa orang yang sedang mengantre untuk periksa. Ruang tunggu yang berada diteras rumah saat itu terasa terlalu tamaram karena sinar lampu yang kurang maksimal, deru mobil dan kendaraan bermotor lain juga menambah bising ruang tunggu  tersebut yang memang berada persis di pinggir jalan utama.

Sambil menunggu giliran, aku dan si mas menghabiskan waktu dengan mongobrol ringan, dan tiba-tiba aku teringat bahwa sedang tidak membawa uang lebih malam itu. *wadduuh* padahal seingatku tarif periksa di Androlog itu lumayan besar lho! Kalo di Dr.Maksum sih masih sangat terjangkau, hanya Rp.90.000 sudah termasuk konsultasi, USG, print hasil USG, dan resep obat. Kami langsung memeriksa dompet masing-masing. Di dompetku ada uang 400.000, dan di dompet si mas ada uang 150.000. Ya Allah… semoga cukup.. kan gak lucu kalau kita periksa pertama udah kurang aja uangnya. Mau lari ke ATM juga tanggung, takut nggak keburu apalagi gak bisa memperkirakan butuh waktu berapa lama untuk bolak-balik ke ATM karena memang gak tau pasti di mana ATM terdekat. Aku kembali membongkar tas yang kubawa, siapa tahu ada uang yang nyelip. Hehe… yups! Aku mendadak girang setelah menemukan bahwa dompet yang baru kemarin kupakai belanja kain batik ternyata belum sempat kusimpan dalam lemari. Yes!! insyaAllah selamat. Hehehe… paling tidak ada dana darurat yang bisa digunakan terlebih dahulu jika memang uang 550.000 tadi masih kurang.

Akhirnya, giliran kami pun tiba. Kami berdua masuk ke dalam ruangan periksa yang terbilang sempit itu. Dokter Ryan menyapa kami dengan ramah, “Pasiennya dokter Maksum ya?” kamipun mengiyakan.

Ada apa? Ada apa?

Tanpa banyak bicara, aku langsung menyerahkan amplop hasil pemeriksaan sprema si mas pada beliau. Sambil membuka amplop, dokter Ryan terus mengajak bicara, beliau sangat hangat dan bersahabat.

Sudah berapa tahun nikahnya?
2 tahun, Dok
Waah.. pasti masnya menganut adat kuno nih, kalo istri belum hamil juga berarti istri yang bermasalah. Iya toh? Trus jadinya masnya gak mau periksa dari dulu deh

Kami mesam-mesem aja mendengarnya, tapi setelah berfikir sejenak, aku jawab saja,

Beberapa kali ganti dokter kandungan, baru kali ini dok disuruh tes sperma. Dokter yang dulu-dulu cuman saya aja yang diperiksa
Oooo” gumamnya sambil membetulkan kacamata sembari membaca hasil lab tadi.

Selang beberapa menit, pak dokter meminggirkan kertas tersebut dari hadapannya dan kemudian mengambil kertas kosong yang lain.

Jadi gini, Pak, Bu, permasalahan yang dialami bapak ini gak terlalu serius kok, insyaAllah 2 sampai 3 kali kontrol sudah selesai
Aamiin…” kami berdua serempak

Dokter Ryan kemudian menjelaskan mengenai apa itu terratozoospermia. Bagaimana gambaran sperma si Mas. Jumlahnya sebenarnya cukup banyak, namun yang aktif hanya 17%, artinya selain yang 17% itu bentuk spermanya tidak bagus sehingga kurang agresif dalam perjalanannya menemukan sel telur, malah sebagian besar dari sperma-sperma itu sudah mati duluan di perjalanan.

Setelah menjelaskan panjang lebar dan menjawab semua pertanyaan kami bahkan sampai menggambarkan bentuk-bentuk sperma yang bagus dan yang kurang bagus, kemudian dokter Ryan memeriksa si mas. Hmm… menurut beliau kantung sperma si mas cukup hangat, artinya kurang rileks dan kurang istirahat. Terapi pertama yang dianjurkan oleh dokter Ryan adalaaaahh… sepulang kerja, selama ada di rumah sebaiknya pakai sarung saja, tanpa celana dalam. Whattt?? Aneh banget kan?? Tapi memang kata dokter Ryan harus begitu, agar kantung sperma lebih rileks, tidak panas, dan tidak membunuh sperma di dalamnya. Beliau malah bercanda, “Makanya kyai-kyai itu anaknya banyak, soale kan tiap hari pakai sarung” *dienggg* hahaha….

Kemudian dokter Ryan masuk kedalam ruangan lain, sambil berjalan beliau menyuruh si mas berbaring di atas kasur untuk disuntik. Si mas pun menurut, untungnya si mas gak takut dengan jarum suntik. Hihihi… setelah disuntik kami semua kembali duduk melanjutkan konsultasi dan mendengarkan wejangan dari dokter Ryan.

Dokter Ryan ini orangnya suka sekali mengobrol, akhirnya di sela-sela membicarakan terapi kami, beliau juga sambil bertanya-tanya tentang rumah, pekerjaan, dsb. Di sesi itu, dokter menganjurkan terapi ke-dua yang harus dijlani si mas, yaitu setiap hari minum jus tomat rebus. *waduuhhh* aku langsung berpandang-pandangan dengan si mas, aku tau dia agak gusar, karena dia kurang suka dengan yang namanya tomat. Tapi dokter Ryan menekankan bahwa rasanya akan berbeda kok jika tomatnya direbus terlebih dahulu. “Boleh dicampur dengan gula atau jeruk atau madu, Dok?” si mas menyahut. “Oooo boleh aja, terserah, apa aja boleh, yang penting bisa bikin bapak doyan minumnya”. Oke deh…

Dan terapi berikutnya, harus memperbanyak makan sayur. Yes!! Terapi yang paling aku suka nih, soalnya selama ini aku suka gemes dengan si mas yang malas makan sayur, kalau di rumah aku memasak sayur, misal sop atau sayur bayam, si mas pasti maemnya ambil sayur sedikiiiiiit sekali, dan lebih banyak ambil kuah dan lauknya aja. Hmm…

Mas tampak sangat bersemangat konsultasi dengan Dokter Ryan, karena memang pak dokter yang satu ini sangat supportif sekali, beliau meyakinkan si mas untuk tidak khawatir, insyaAllah bisa cepat teratasi, kasusnya si mas ini tergolong ringan kok, begitu kata beliau. Yang penting harus disiplin saja. Berkali-kali dokter Ryan berkata, “InsyaAllah 2 sampai 3 kali kontrol istrinya sudah hamil, insyaAllah”. Makanya si mas jadi optimis sekali karena dokter Ryan juga terus memberikan motivasi dan membesarkan hati kami. “Pokoknya nanti kalau istrinya hamil saya dikabari lho ya! Biar saya tahu, saya pasti ikut bahagia”. 

Kami berdua pun ikut senang mendengar optimisme dokter Ryan atas kami berdua. Setelah memberikan obat tablet yang harus diminum selama 20 hari, kamipun segera berpamitan dan diminta untuk kembali kontrol begitu obatnya sudah habis. Oke deh pak dokter, makasih….

nb: ohya, untungnya uangnya gak kurang lho… melainkan paaaassss banget, 550 ribu. Hehehe…