26 November 2013

My Pregnant Story (Part.2) Seni Berkomunikasi dengan Janin


Meski semua wanita hamil pernah merasakannya, tapi tetap saja aku merasa perlu mencatatkannya di sini, sebab begitu takjubnya aku atas kekuasaan Allah ini. Setidaknya, menjadi dokumentasi pribadi yang suatu saat bisa dibaca oleh tokoh utama dalam cerita ini. Selain itu juga sebagai bahan muhasabah diri, bahwa kekuasaan Allah sungguhlah luas dan mencapai hal-hal yang tidak terhingga oleh kemampuan manusia, sehingga tidak pantas bagi kita untuk berhenti mensyukurinya.

Trisemester kedua kehamilan adalah masa kehamilan yang paling enjoy. Kenapa? Karena pada masa ini aku sudah tidak lagi dipusingkan dengan yang namanya mual dan pusing karena segala macam bebauan, selain itu nafsu makan juga lagi lancar-lancarnya, serta ditunjang dengan tubuh yang masih belum terasa berat membawa perut. So, mulai masuk trisemester kedua, aku yang sebelumnya stop nge-mall demi menjaga janin di masa rawannya, sekarang mulai lagi deh ngidar-ngider mall (Horraayyy, akhirnya ziaroh ke mall juga. wkwkwkwk)

Di masa ini juga aku mulai menanti-nanti tiap minggunya, organ apa lagi yang sudah berfungsi dan bisa distimulasi (ooh, indahnya :) ) . menikmati setiap gerakan mulai dari yang hanya gelembung-gelembung udara, gelitikan lembut, hingga tendangan-tendangan yang selalu bikin kangen dan ketawa.

Si dedek anteng saat didengerin murottal, si dedek bergoyang riang saat didengarkan music klasik. si dedek antusias saat dibacakan dongeng, si dedek menggeliat penasaran saat bermain-main dengan cahaya lampu senter yang diarahkan ke perut. fiuuhhh… luar biasa rasanya.

Komunikasi pun selalu kulakukan terlebih saat berdua saja di dalam kamar, aku bercerita, mendongeng, meminta dedek bayi berada di jalan lahirnya, merayu plasenta agar tidak menghalangi jalan lahirnya si dedek, mewanti-wanti si dedek supaya nggak main-mainin tali pusat  ke lehernya biar nggak kelilit, membacakan doa, menjelaskan apa saja yang terjadi di sekelilingnya, dan lain sebagainya.

Saat usia kehamilan memasuki minggu ke 32, itu terakhir kalinya aku periksa ke dokter Maksum. di hari terakhir periksa aku pun menyampaikan keinginanku untuk melanjutkan periksa ke dokter lain dan di ruumah sakit lain yang nantinya akan menangani persalinanku, karena tidak memungkinkan bagiku jika harus memaksakan diri agar ditolong oleh dokter Maksum saat persalinan nanti karena terlalu jauuuh dari rumah. Oleh karenanya kami harus mulai menentukan di rumah sakit mana nanti aku akan melakukan persalinan dan dengan dokter siapa. Alhamdulillah dokter Maksum dengan sangat baik mempersilahkannya, dan kemudian menuliskan resume pemeriksaan selama kurang lebih 32 minggu untuk diserahkan kepada dokter berikutnya beserta surat pengantarnya. (hiks, jadi sedih deh berpisah dengan pak dokter Maksum). Jazaakallah ya, Dok. sudah membantu dari mulai proses program hamil hingga hamil 7 bulan. Sediihh… jadi pengen peluk (ups!)

Berdasarkan cerita yang kami himpun dari sana-sini, akhirnya kami memutuskan memilih RS.Bunda sebagai tempat persalinan, dan dokter Iman, SpOG sebagai dokter yang menangani. Waktu pertama kali periksa dengan dokter Iman, Alhamdulillah dokternya baiiiiik banget, sangat komunikatif, Pro normal, Pro IMD, Pro ASI, dan rumah sakitnya sendiri menerapkan system rawat gabung. dan mulai saat itu pula aku udah mulai merubah jadwal periksa kandungan yang biasanya sebulan sekali menjadi seminggu sekali karena sudah memasuki minggu-minggu akhir.

Semua pasti tau bahwa janin bisa diajak komunikasi, bahkan aku beberapa kali merasakan keajaiban dari komunikasi itu. Ceritanya, saat memasuki usia 36 minggu, usai periksa ke dokter kandungan diketahui bahwa si dedek belum masuk panggul. nah, sebagai ibu lebay yang baru pertama kali hamil otomatis aku panik karepe dewe, baca-baca di internet banyak cerita yang bilang usia segitu udah pada masuk panggul tuh dedek bayinya. Nah, akhirnya aku berusaha keras untuk mendapatkan kesuksesan yang sama (duileee… kesuksesan!!! wkwkwk). Jadilah setelah browsing ke sana kemari tentang kiat-kiat agar dedek bayi cepet masuk panggul, aku juga intens merayu si dedek agar cepet masuk panggul, kira-kira beginilah wiridanku ke dedek bayi (sambil elus-elus perut), “Sayang, mama mau minta tolong nih, kan kata pak dokter kamu belum masuk panggul nih, padahal kan kita berdua maunya nanti lahirannya normal dan cepet. Nah, yuk dek, kita sama-sama usaha ya, mama akan rajin olahraga biar bisa bantu kamu turun ke panggul, trus mama juga akan berdoa terus supaya Allah bantuin kita berdua biar dedek bisa cepet turun ke panggul. Yuk dek, dedek juga bantuin mama ya, dedek berusaha turun ke panggul juga, ok! kita sama-sama kerjasama, insyaAllah nanti dimudahkan sama Allah” rangkaian kalimat itu selalu aku bisikkan ke dedek bayi setiap hari, dan tidak lupa olahraga-olahraga ‘aneh’nya, mulai dari nungging setiap bangun tidur pagi, sujud sholatnya di-agak lama-in, trus jongkok-berdiri 30 kali setiap di kamar mandi (biar gak ketauan orang, hihi… namanya juga misi rahasia! hahaha). dan akhirnya, taraaaa…. dalam satu minggu si dedek dengan keajaiban Allah, turun panggul. yeaayyy… pak dokternya langsung bilang “mamanya hebat nih!” (hihihi jadi malu, kan ini kerja sama alias gotong royong bareng dedek bayi, makanya langsung di’KUN’ sama Allah. Alhamdulillah)

Selanjutnya, pas mulai masuk bulan puasa, hmm… kira-kira menjelang usia kehamilan ke 37, hasil USG menunukkan bahwa si dedek berat badannya udah mulai memasuki kepala 3, waduh, udah mulai hati-hati nih, gak boleh kegedean, biar nanti lahirannya lebih mudah keluar, hihihi…. akhirnya dipakailah jurus yang sama, yaitu ngerayu si dedek dengan kalimat-kalimat keramat, wkwkwk… tapi ya nggak cuman ‘sepik-sepik’ doank ya, usahanya harus tetep ada, yaitu mulai diet gula (maaf ya, kalau diet karbo aku nggak sanggup, makanku kan banyak. hahaha). Alhasil, di awal bulan puasa, meski berbuka dengan bermaca-macam es, aku mengganti gulanya denga gula low fat. hasilnya??? Alhamdulillah, seminggu kemudian si dedek kenaikan berat badannya hanya setengah ons (dalam satu minggu, padahal minggu sebelumnya kenaikannya 2ons dalam satu minggu. Horaaayyy… ups! Alhamdulillah..) dan lagi-lagi pak dokter bilang “mama hebat”, yes! makasih dedek atas kerjasamanya. ohya, selain minta kerjasama dengan si dedek, aku juga ngerayu ke plasentanya lho, jangan salah plasenta juga harus di ajak ngobrol. Aku bilang ke plasenta “Plasenta, minta tolong ya, kalau ngirimin makanan buat dedek tolong pilihin yang bergizi-bergizi, trus makanan-makanan yang bisa bikin dedek terlalu endut tolong dipinggirin dulu ya, kasian si dedek nanti kalo kegedean jadi kesempitan pas mau keluar dari perut. Makasih Plasenta…”.

Komunikasi demi komunikasi terus aku lakukan dengan si dedek, hingga di hari-hari penantian kedatangannya di dunia yang saat itu lumayan bikin dag dig dug, kapan ya dia mau di-launching??!! kok belum ada tanda-tanda ya??!! aku terus berkomunikasi secara mesra dengan si dedek, “Sayang, kamu mau keluar kapan nih?? Mama udah selesaiin khataman Alquran-nya nih, itu khusus buat kamu lho! Mama insyaAllah udah siap kapanpun kamu mau keluar. Yang jelas dedek nggak usah khawatir dan takut ya buat keluar, di luar banyaaak banget yang sayang sama kamu, ada ayah, mama, eyang, tante, teman2, semuaaa sayang sama kamu, jadi kamu nggak usah khawatir ya, meskipun selama di perut kamu merasa selalu disayang dan dilindungi, nanti pas di luar juga pasti sama kayak gitu, malah lebih banyak yang sayang” 

Alhamdulillah, aku merasakan begitu banyak keajaiban dari komunikasi dengan dedek bayi. Dan itu tentu saja sangat luar biasa. syukur kepada Yang Maha Pengasih yang selalu memberikan kemudahan dalam kehamilanku, dan semoga Allah senantiasa merahmati dan memberi perlindungan kepada seluruh ibu hamil di dunia ini. Aamiin….

2 comments:

budiono mengatakan...

"mewanti-wanti si dedek supaya nggak main-mainin tali pusat ke lehernya biar nggak kelilit"

subhanallah.. kalo yang ini setiap hari saya yang berpesan ke dedek di dalam perut untuk hati2 ketika bermain2 dengan talinya supaya gak kebelit hihi.. saya bicara ke dia dengan sungguh-sungguh dan pada saat itu saya merasa dia juga sedang menyimak dengan sungguh-sungguh

Faiqoh Fauzie mengatakan...

Subhanallah ya, mas...
Dan saya benar-benar merasakan keajaiban-keajaiban yang menakjubkan itu.

keajaiban selanjutnya dari komunikasi dirasakan saat sudah lahir, si dedek menjadi sudah sangat kenal dg suara orang tuanya, jadi menambah rasa aman pada bayi :)

Salam buat istri dan si kecil ya...