1 Juni 2008

UN 2008: Setitik Tanya di Tengah Damai

Hari masih gelap saat kami menginjakkan kaki di pelataran SMPN 1 Balaraja Kabupaten Tangerang, tepat pukul 05.00 WIB kami telah bersiap di sana, menunggu datangnya pihak-pihak utusan sekolah dari seluruh sekolah yang merupakan bagian dari rayon 07 yang berpusat di SMPN 1 Balaraja. Setengah jam berselang, Koordinator Tim Pemantau Independen (TPI) beserta kepala Sub Rayon yang sekaligus Kepala Sekolah SMPN 1 Balaraja mengajak kami berkumpul di sebuah ruangan yang dihadiri oleh seluruh TPI-E (TPI tingkat sekolah/madrasah) dan juga dihadiri oleh para kepala sekolah atau ketua pelaksana UN di tingkat sekolah. Usai briefing, para TPI menemui kepala sekolah tempat bertugas masing-masing untuk menyaksikan penyerahan lembar soal dan lembar jawaban UN dari sub rayon ke sekolah, dan di situ TPI bertugas untuk memantau, memeriksa segel dan kelengkapan lainnya serta menandatangani berita acara penyerahan.

Saya yang kebetulan ditugaskan memantau jalannya Ujian Nasional SMP di SMP Islam Al-Falah Kec.kresek bergegas melaksanakan tugas pertama saya, bersama dengan bapak M.Abu Nu’man, S.Pd.I selaku kepala Sekolah sekaligus Ketua Panitia Pelaksana UN di SMP Islam Al-Falah menyiapkan lembar soal beserta LJUN yang diperuntukkan untuk sekolah kami, tak lama berselang panitia pembawa soal yang ditugaskan dari SMP Islam Al-Falah datang untuk menjemput saya beserta Soal dan lembar jawaban UN, sementara Pak Maman (panggilan akrab Bapak Abu Nu’man) mengendarai mobil bersama Kepsek-kepsek lain yang juga dari Kecamatan Kresek.

Sesampainya di lokasi ujian, saya disambut dengan hangat oleh seluruh civitas akademika SMP Islam Al-Falah Kec.Kresek, begitu juga saat para pengawas silang dari SMPN 1 Kec.Kresek datang, mereka menyambut dengan ramah perkenalan saya sehingga tak ada yang tampak canggung maupun kaku atas keberadaan saya di tengah-tengah mereka.

Saat UN dimulai, saya bergegas menuju lokasi ujian setelah menyaksikan penyerahan berkas-berkas ujian dari pihak sekolah (panitia) kepada pengawas silang, pemantauan dimulai dari pengecekan segel soal, pendistribusian soal dan lembar jawaban kepada peserta, kapasitas ruang, peserta ujian, ada dan tidaknya alat bantu untuk peserta ujian, sampai pada hal-hal yang mungkin ditemukan di tempat-tempat tertentu yang dicurigai sebagai bantuan bagi peserta ujian.

Sejauh kemampuan saya dalam memantau UN di SMP Islam Al-Falah yang terdiri dari 109 peserta ujian dan tersebar menjadi 6 ruang, UN di sekolah ini bisa saya kategorikan sangat lancar, mengingat hampir tidak saya temukan hal-hal ganjil yang bisa dianggap sebagai pelanggaran UN, meski begitu bukan berarti sekolah ini mulus dari penyimpangan, sebab di hari pertama saya menemukan adanya alat bantu berupa poster peraga yang masih terpasang di dinding ruangan ujian, memang hal ini adalah sebuah pelanggaran tapi saya masih bisa memakluminya karena saya menganggap hal ini sebuah ketidaksengajaan dari pihak sekolah yang kelupaan untuk menurunkan poster tersebut, oleh karenanya meski di hari pertama saya masukkan dalam kolom pelanggaran namun saya berinisiatif untuk menyampaikan perihal ini kepada pihak kepala sekolah, dan benarlah kepala sekolah tampak sangat menyesal atas kealpaannya sehingga ia berjanji akan menurunkan semua alat peraga yang masih terpasang di ruang ujian esok hari.

Hari-hari selanjutnya tetap tidak ada yang istimewa, semua berjalan dengan baik bahkan bisa dikatakan hampir tidak ada peserta ataupun pengawas yang keluar ruangan saat ujian berlangsung, kegiatan di luar ruang ujian ketika ada yang meninggalkan ruangan pun tetap dalam pantauan saya dan tidak ditemukan penyimpangan apapun.

Kedamaian yang saya dapati di dalam pelaksanaan UN di SMP Islam Al-Falah Kec.Kresek sangatlah di luar dugaan, sebab berdasarkan pengalaman rekan-rekan yang pernah bertugas memantau jalannya UN SMA 2 minggu sebelumnya tampak oleh mereka geliat para tim sukses UN di sekolah yang menarik perhatian, juga pandangan-pandangan tidak bersahabat yang diterima oleh rekan-rekan saya baik dari pihak guru, pengawas, bahkan dari peserta UN sendiri. Bersyukur semua keadaan mengerikan itu tidak saya terima selama melaksanakan tugas pemantauan di SMP Islam Al-Falah Kec.Kresek, bahkan pernah satu kali saat sebelum bel dimulainya ujian berbunyi saya menyempatkan waktu beberapa menit untuk mengunjungi lokasi ujian, tempat dimana siswa sedang membuka-buka kembali materi ujian, di sana saya juga mendapatkan sambutan yang antusias dari mereka, meraka segera mengerubungi saya dan mengajak berkenalan, namun karena khawatir keberadaan saya mengganggu aktivitas belajar mereka maka saya putuskan untuk segera kembali ke ruangan panitia dan pengawas.

Namun semua kedamaian itu justru mengusik saya, hingga pada suatu ketika di hari terakhir UN yakni tanggal 8 Mei 2008 saya berkesempatan untuk berbicara panjang lebar bersama Pak Maman (kepala sekolah SMP Islam Al-Falah Kec.Kresek), dalam sebuah diskusi bernada santai saya mencoba menanyakan kegelisahan yang selama beberapa hari ini coba saya temukan dan nihil yakni soal tidak tampaknya geliat tim sukses di sekolah ini. Dengan diawali dengan senyum, Pak Maman menguraikan bahwa ia yakin sekolahnya telah melakukan yang terbaik untuk siswa, proses belajar mengajar telah diusahakan bisa berjalan seoptimal mungkin, Try Out juga dilaksanakan beberapa kali untuk menunjang serta memprediksi keberhasilan siswa dalam menjawab soal-soal UN.

Dalam kesempatan itu Pak Maman juga menegaskan bahwa dari pihak Sub Rayon yang berkedudukan di SMPN 1 Balaraja juga menginstruksikan kepada pihak-pihak sekolah yang menjadi anggota rayon agar membiarkan UN berjalan sebagaimana mestinya, Pak Aceng Syakur selaku kepala Sub Rayon sekaligus Kepala Sekolah SMPN 1 Balaraja menginstruksikan bahwa selama kegiatan belajar mengajar yang difasilitasi oleh sekolah telah baik dan optimal serta latihan-latiahan juga telah diberikan maka sudah tidak ada yang perlu dilakukan lagi selain pasrah , berdoa, dan menunggu hasil yang terbaik.

Sangat kontras dengan praktek-praktek UN yang terjadi di sekolah-sekolah di daerah lain yang penuh dengan pelanggaran dan kecurangan, terus terang saya sangat terkesima dan menaruh hormat kepada seluruh sekolah yang menjadi anggota rayon 07 yang berpusat di SMPN 1 Balaraja khususnya SMP Islam Al-Falah Kec.Kresek selaku sekolah yang dengan mata kepala saya sendiri saya pantau pelaksanaan UNnya. Dan di akhir perbincangan kami, Pak Maman menguraikan optimisme mereka akan keberhasilan siswa juga berdasarkan atas janji yang diberikan pemerintah daerah Banten yang telah menjanjikan bahwa rakyat di bawah pimpinannya dijanjikan akan meraih kelulusan sebesar 99%, oleh karenanya menurut Pak Maman dikeluarkannya janji yang bernilai prestise bagi daerah Banten tersebut mustahil tanpa perhitungan, oleh karenanya apa pentingnya pihak sekolah melakukan banyak manipulasi UN di tingkat sekolah, sementara pemerintah daerah yang telah menyuarakan janji tentu saja akan menanggung malu jika tidak terbukti, maka Pak Maman menutup diskusi kami dengan kalimat, “Biarlah mereka ‘yang di atas’ (pemerintah, pen) yang telah mengeluarkan janji atas rakyatnya itu yang melakukan ‘permainan’ di tingkat atas”, mendengar hal itu saya tersenyum tipis sambil mengerutkan dahi dan bergumam dalam hati, “Ada apa ini?”.

(note: photo from: www.liputan6.com)

0 comments: