6 Juni 2008

Aku Juga "Sayang Pada-MU"


……

Andaikan dunia mengusirku dari buminya
Tak akan aku merintih ataupun menangis
Ketidakadilan yang ditimpakan oleh manusia
Bukan alasan bagiku untuk membalasnya
Asalkan, karena ituTuhan menjadi sayang padaku
Segala kehendak-Nya menjadi surga bagi cintaku

……

Merinding sekali saat aku pertama kali mendengarnya dibacakan oleh Bapak Menteri Komunikasi dan Informasi Republik Indonesia, Muhammad Nuh. Puisi yang indah dan sarat makna dan satu lagi yang mungkin menjadi alasan utama mengapa syair itu dapat dengan mudah membuat hati semua yang mendengarkannya luluh lantah. Iya sebab puisi itu ditulis dengan hati, dengan penghayatan tinggi dan oleh orang yang memiliki cinta yang amat tinggi kepada Khaliqnya.

Usai dibacakan oleh Pak Menteri, si penulis syair berceletuk “Baru kali ini saya dengar puisi saya dibaca kayak baca surat keputusan menteri…!!??”, “Ggrrrr…..!!!” seisi auditorium bersorak atas celotehan garing tapi ‘mengena’ itu, dan tanpa jeda waktu yang lama kembali syair itu dilantunkan, namun kali ini berbeda, lebih indah, lebih mempesona, lebih semuanya! Syair itu dilantunkan oleh istri si penulis syair dengan diiringi alunan nada indah yang kental dengan nuansa etnis jawa oleh kawan-kawan dari Kyai Kanjeng. Semua terkesima, Syair itu dibawakannya dengan sepenuh penghayatan, dan semakin menyayat kalbu.

Iya, Emha Ainun Najib beserta Kyai Kanjeng dan Novia Kolopaking, serta grup band Letto, berkumpul memeriahkan acara di Auditorium Utama Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, dalam acara Kongres BEM PTAI se-Indonesia Raya ini selain menghadirkan para pengisi acara di atas hadir pula Menkominfo RI Bapak Muhammad Nuh, Menpora Bapak Adhyaksa Dault, Rektor UIN Jakarta Prof.Komarudin Hidayat.

Acara yang bertajuk “Merajut Gerakan Mahasiswa Menuju Kemandirian Bangsa” ini sangat menarik animo mahasiswa untuk berpartisipasi bahkan bukan hanya para civitas akademika UIN Jakarta saja yang memenuhi Auditorium Utama UIN Jakarta, sebab acara yang sebelumnya sempat diumumkan keberlangsungannya melalui pengeras suara di Masjid Fathullah ini mengundang masyarakat sekitar untuk ikut memeriahkan acara akbar yang dihadiri utusan BEM Perguruan Tinggi Agama Islam dari seluruh Indonesia.

Acara langsung dipandu oleh Cak Nun (panggilan akrab Emha Ainun Najib) dengan nuansa damai, Cak Nun beberapa kali tampak berusaha menentralisir suasana ketika forum tiba-tiba menunjukkan tindakan kurang kooperatif, selain itu kedekatan emosional antara Cak Nun dengan Pak Nuh dan Pak komaruddin membuat suasana diskusi semakin mencair.

Saat giliran berbicara, Pak Nuh dengan terang-terangan tidak ingin langsung mengklarifikasi atas kebijakan pemerintak berkitan dengan dinaikkannya harga BBM yang akhir-akhir ini terus menimbulkan serangan dari mahasiswa dari seluruh penjuru Indonesia, beliau justru membuka sesi interaktif seluas-luasnya bagi mahasiswa untuk mempertanyakan segala hal yang ingin mereka pertanyakan termasuk soal BBM.

Dan benarlah, pertanyaan itu pun meluncur. Audience seketika diam, hampir tak terdengar suara apapun yang sebelumnya memenuhi seisi ruangan selain suara Pak Nuh saat memberikan penjelasan. Satu demi satu diterangkan dengan detil, soal APBN, subsidi, harga minyak dunia, dan alasan serta perhitungan dampak yang telah diprediksikan oleh pemerintah akan muncul sebagai buntut dari dinaikkan atau tidak dinaikkannya harga BBM di tahun 2008 ini. Tak ketinggalan program BLT yang ternyata hanya satu part kecil dari usaha pemerintah memberikan kompensasi yang selama ini dituding oleh mahasiswa sebagai langkah pemalasan rakyat, dan lain sebaiknya, saya yakin semua orang yang hadir dan mendengarkan penjelasan Pak Nuh malam itu dapat dipastikan baru ‘terbuka mata’ atas semua kenyataan sebenarnya yang terjadi, dapat dipastikan penjelasan Pak Nuh malam itu telah mematahkan konsep-konsep mereka soal bejatnya pemerintah karena telah menyengsarakan rakyat dengan kenaikan harga BBM.

Malam itu,bukannya kami (mahasiswa) menjadi berhenti untuk membela rakyat, bukan berarti kami (mahasiswa) serta merta membela segala apa yang diputuskan oleh pemerintah, namun bermula dari malam itu setidaknya kami tau bahwa dibalik semua yang terjadi pastilah akan ada penjelasan di baliknya. Sebagaimana cara berpikir yang saya usung dalam tulisan terbaru saya tentang UN yang sedang dalam proses editing di sebuah penerbit untuk segera diterbitkan, dalam buku itu salah satu misi yang saya kemukakan adalah kebiasaan untuk berpikir lebih bijak, sehingga apapun yang kita suarakan nantinya telah berlandaskan atas dasar yang dapat dipertanggungjawabkan. Begitu juga dalam menyikapi kenaikan harga BBM ini, tentunya kami (mahasiswa) akan terus memperjuangkan nasib rakyat dan tentu saja dengan hujatan atau kritikan yang berdasar dan bertanggung jawab.

0 comments: