11 Januari 2008

Harus Adil Sudah Sejak dalam Pikiran

Terpaksa, itulah awal dari akhirnya saya mau menyentuh buku ini, betapa tidak! Saya yang memang terbiasa tersugesti oleh judul serta cover buku sebelum akhirnya berkenan membacanya itu tentu sediktpun tidak ada rasa tertarik untuk melahap habis novel jadul (jaman dulu) yang satu ini. Tapi teman sekamar saya tetap saja ngotot untuk memaksa saya membacanya dengan jaminan "Loe nggak akan nyesel deh, pokoknya!" begitulah janji yang dia lontarkan sambil menyerahkan novel berjudul BUMI MANUSIA.

Sebuah tetralogi karya sang Maestro Sastra Indonesia, Pramoedya Ananta Toer. Cukup membosankan awalnya, namun semakin saya paksakan untuk menyelesaikan bacaan saya itu mulailah tumbuh rasa penasaran yang membahana, entah apa pemicu utamanya yang jelas saya merasa buku yang saya baca itu sangat jauh berbeda dengan novel-novel yang biasa saya baca.

Seolah diayun-ayun, naik-turun saya dibawa ikut larut terbuai dalam alur cerita tempoe doeloe yang disuguhkan dalam novel ini. Hingga sampailah pada satu scene dimana saya menemukan sebuah ungkapan yang keluar dari salah seorang tokoh yang ikut andil dalam keseluruhan cerita yang menokohkan seorang Pribumi bernama Minke ini. Ungkapan yang mau tak mau memaksa saya untuk sedikit keras dalam berfikir menyelami dan mendapatkan pemaknaan yang tepat, "Harus Adil sudah Sejak dalam Pikiran"

Kesan pertama saat membaca kalimat itu adalah "Wah gila, dahsyat banget kalimat ini, dalem!". Keluarnya komentar itu dari mulut saya bukan berarti serta merta saya sudah mendapatkan kesempurnaan maknanya. Sekali, dua kali, tiga kali, saya coba mengulangi sambil berkerut dahi dan akhirnya setelah bab demi bab terus saya telusuri barulah saya bisa berkata "Ooo… Aku ngerti…!"

Harus Adil Sudah Sejak dalam Pikiran. Tepat sekali, banar-benar kalimat yang sangat brilliant. Bagaimana tidak, di kehidupan real (nyata) baik saat kita menjadi individu ataupun sebagai makhluk sosial, keadilan adalah kunci sebuah kesejahteraan sebab ketidakadilan lah yang hampir selalu membuat kehidupan di dunia ini menjadi tidak harmonis. Tentu semua orang akan setuju akan hal itu, namun pernahkah kita sadar kapan kedilan itu harus ditegakkan?

Dalam ungkapan pendek yang saya cermati dari novel Bumi Manusia ini, saya temukan sebuah jawaban yang entah pertanyaannya pernah dimunculkan ataukah tidak di muka bumi ini, yang jelas harus kita pahami dan yakini bahwa bahkan hanya di alam fikiran saja kita tidak diperkenankan untuk berbuat tidak adil. Lantas seperti apakah sebenarnya contoh dari ketidakadilan dalam fikiran ini? Entah sudah anda sadari atau belum, sebab tindakan itu pasti bukan hal yang asing lagi bagi manusia, satu perilaku yang sering dianggap ringan dan biasa diperbuat namun tragisnya sering tidak disadari ketidaktepatan serta dampaknya. Iya, perbuatan itu tidak lain adalah Suudhdhon atau Negative Thinking.
Astagfirulloh al-'Adhiim…

0 comments: