17 Januari 2008

Andai Kau Tahu

Tak jua kunjung beranjak, hujan mnegguyur Jakarta tanpa permisi, di saat semua terlelap di peraduan, mengistirahatkan raga yang lelah terbanting penuhi tuntutan kehidupan. Banjir rutin lima tahunan tak lagi peduli siapa yang akan menjadi korbannya, tak kenal miskin atau kaya, kaum papa ataukah para platinum society, semua terlahap habis disapu air bah. Rumah tenggelam, harta benda terhanyutkan, para keluarga terpisah dari sanaknya, sawah-sawah tersulap menjadi danau.

Ironis memang, namun apa hendak dikata, dan siapa hendak dibantah, tak jua akan dapat menghentikan musibah.

Jelas dan tak dapat lagi kita mengelak jika memang telah tersurat dalam firman-Nya bahwa segala kerusakan yang terjadi di muka bumi ini tidak lain adalah sebab tangan-tangan manusia.

Dhoharo al-fasaadu fi al-barri wa al-bahri bi maa kasabat aydiy an-naas.

Namun apa guna meratap, apa guna menyesali, toh sapuan air bah tetaplah terjadi.

Seolah dikomando, masyarakat dengan inisiatif mereka masing-masing bahu membahu melakukan evakuasi warga yang terisolir di rumah-rumah mereka yang tinggal atap. Subhaanallah, Maha Suci Allah. Jika tiada air bah, sulit rasanya dapat kita saksikan pemandangan seperti ini di Jakarta. Tak kenal kawan, tak kenal lawan, semua adalah saudara yang harus dilindungi dan diselamatkan. Daya kreatifitas mereka pun tumbuh dengan sangat mempesona, mengulurkan tali demi membantu saudaranya keluar dari kepungan air, mendirikan posko-posko bantuan kesehatan serta air bersih, bahkan banyak pula kita temui dapur-dapur umum yang sengaja dibangun secara darurat demi menyuplai makanan bagi saudara-saudara yang lain

Allahu Akbar, Allah Maha Besar. Di balik sebuah musibah pastilah terselip hikmah yang sangat indah jika kita dapat merenungkannya. Persaudaraan, kepedulian, kebersamaan, kesetaraan. Bahkan dalam sebuah wawancara yang saya saksikan di sebuah stasiun televisi, seorang korban banjir dari kalangan ekonomi atas mengutarakan sebuah kesadaran yang teramat menyentuh, “ Bukan Honda saya yang menyelamatkan, bahkan Kijang saya pun tak mampu memberikan bantuan, namun justru saudara-saudara saya yang tinggal di wilayah kumuh di belakang rumah lah yang dikirim Tuhan untuk kami sekeluarga”. Subhaanallah.

0 comments: