14 Desember 2013

TENTANG SEBUAH NAMA


Anakku, suatu saat nanti kamu perlu membaca ini,

Ini cerita di balik namamu, “Aqueena Adhwa Tsurayya”

Sebetulnya tidak pernah ada kesepakatan sebelumnya, apakah Mama ataukah Ayah yang akan memberi nama untukmu, tapi secara tersirat nampaknya Ayah memang menyerahkan urusan pemberian nama pada Mama. Alasannya, mungkin karena Ayah memberikan privilege pada mama karena telah sembilan bulan mengandungmu dan dengan penuh perjuangan melahirkanmu, mungkin juga karena Ayah secara diam-diam tahu bahwa Mama-mu ini memang sudah hobi banget merangkai-rangkai nama sejak zaman masih sekolah dan mondok dulu bahkan puluhan nama hasil rangkaiannya disimpan di note ponsel, atau mungkin juga bukan karena alasan itu semua melainkan Mama-mu aja yang ke-GR-an bakalan milih nama yang sudah pasti disetujui oleh Ayah-mu. :D 

Aqueena Adhwa Tsurayya
Aqueena, kata awal yang mama gunakan sebagai namamu ini memiliki banyak makna dari beberapa bahasa yang berbeda. Dalam Bahasa Inggris, dari kata Queen yang artinya Ratu atau pemimpin wanita; dalam Bahasa Urania Aquene berarti damai surga; sementara dalam Bahasa Arab Aqwina memiliki makna kekuatan. Lantas, jika kamu bertanya, “Jadi, nama aku pakai bahasa yang mana, Ma?”, Mama akan menjawab “Semuanya, sayang”. Yaps, karena kesemua bahasa diatas memiliki arti yang baik, maka kesemua arti itu juga yang mama harapkan menjadi namamu dan menjadi harapan Ayah dan Mama atas dirimu.

Adhwa Tsurayya, rangkaian dua kata ini merupakan rangkaian mudhof-mudhof ilaih  dimana sebenarnya dalam bahasa arab harusnya Adhwa’ats Tsurayya (deuuh, susah bener dah ah kalo laptopnya nggak bisa nulis Arab :p ) , tapi biar nggak susah mama sengaja menghilangkan AL ma’rifat di depan kata Tsurayya, sehingga hamzah pada kata Adhwa’a juga dimatikan menjadi Adhwa’. Nah, karena Mama juga memikirkan nanti saat kamu besar akan sering berurusan dengan pengisian kolom identitas yang berupa kotak-kotak (seperti form registrasi bank, atau saat mengisi kolom nama di Lembar Jawaban Komputer saat UN) pastinya nanti kamu akan bingung meletakkan tanda ( ‘ ) ini, jadi biar Mama hapus juga ya, Nak! Ohya, untuk artinya Adhwa Tsurayya adalah Cahaya bintang-bintang.

Ini dia doa Ayah dan Mama yang kami harapkan dari namamu,
Aqueena Adhwa Tsurayya
Semoga menjadi ratu di hadapan Allah dan di hati makhluk-Nya, dan menjadi pemimpin wanita yang menebar damai surga serta memancarkan cahaya gemintang.

Tapi, “Anak-anak memang tak memilih namanya sendiri,” kata Goenawan Mohamad di salah satu Catatan Pinggir-nya yang lucu (Nama atau Mengapa Juliet Salah) “Mungkin ini bagian dari kolonisasi orangtua. Maka, tak jarang ketika jadi dewasa dan mandiri, seorang anak Indonesia mengubah namanya yang ia rasakan tak cocok lagi buat dirinya.” Barangkali namanya tak bernilai estetis di dunianya. Seorang artis menggunakan nama panggung sebagai ganti nama lahirnya. Seorang penulis menggunakan nama pena sebagai ganti nama aslinya.

Semoga kamu suka dengan nama pemberian mama dan Ayah ini ya, Nduk. Dan tidak malu menuliskannya sebagai nama akun facebookmu daripada menggantinya menjadi AqyuSelaluChayanxKamyuh :D

1 Desember 2013

AQUEENA'S BIRTH REPORT; Allahu Akbar, Telah Lahir Putri Kami...


Alhamdulillaaahh… akhirnya kesampean juga menuliskan birth report si dedek. Gara-gara kelewat males,  pas hamil yang ditulis program hamil, pas habis lahiran yang ditulis cerita kehamilan. Alhasil, birth report-nya jadi moloooorr deh. hihihi….

Alhamdulillah (lagi), secara keseluruhan kelahiran si dedek tergolong lancar dan cepat (kata orang-orang sih) untuk ukuran anak pertama, kurang lebih 4 jam dari mulai menginjakkan kaki di RS hingga si dedek lahir, tapi yang jelas saya sangat bersyukur diberi kemudahan dalam melewati perjuangan menjadi seorang ibu.

Selasa, 23 Juli 2013

Selepas Dzuhur, saya merasakan sakit di bagian perut bawah, tidak terlalu sakit sih (menurut saya dengan membandingkan cerita-cerita kontraksi yang katanya aduhai rasanya). Tapi tetap saja saya waspada, karena belum pernah merasakan rasa sakit seperti itu sebelumnya, saya bilang ke si mas yang hari itu kebetulan nggak ngantor. Melihat saya meringis-meringis si mas mengelus-elus perut saya dan menanyakan apakah benar-benar terasa sakit sekali?

Apa kita ke rumah sakit sekarang?

Nggak usah, belum sakit-sakit banget kok”.

Setengah jam berlalu, saya merasa sakitnya timbul tenggelam, si mas tanpa meminta persetujuan dengan sendirinya berangkat ke kamar mandi, mandi, ganti baju rapi, berkemas, memasukkan berkas-berkas untuk check in rumah sakit, aku cuman ngeliatin aja.

Mau ngapain, mas? Rapih amat? Mau ke rumah sakit ya? Siapa juga yang mau lahiran sekarang? hihihi…

Aku masih guya-guyu menggoda si mas yang sibuk sendiri. Tapi aku tetap yakin bahwa ‘bukan sekarang waktunya’. Dan benar saja, setelah wudlu, sholat dan berdiam sebentar, rasa sakit itu hilang dengan sendirinya. Hmm… Braxton Hicks!!.

Jumat, 26 Juli 2013

Jam 14.00 jadwal periksa ke RS.Bunda.

Adek bayinya masih betah ya, bu?” dokter Iman menggoda.

Iya nih dok, belum mau keluar kayaknya, jangan-jangan nunggu lebaran nih?? Aduuh, kalo bisa jangan deh, nanti semua orang lagi pada repot” jawabku.

Air ketuban masih banyak dan jernih, masih aman, kita tunggu aja deh sampe adek bayinya mau keluar” kata dokter Iman sambil meng-USG. “Saya periksa dalam ya!” sambungnya.

Aku dan si mas nurut aja.

Hmm… kayaknya kalau nggak nanti malam ya besok lah ya lahirnya

*dienggg!!!* lho kok?? Yah okelah, insyaAllah siap grak!!

Jam 16.00 saat mendi sore, hmm… spotting!

Menjelang maghrib, saat si mas dan adekku heboh di dapur menyiapkan buka puasa (ohya, sejak hari Jumat yang lalu adekku sudah datang ke rumahku, menemani kalau-kalau aku merasakan tanda-tanda melahirkan sementara si mas sedang di kantor) perutku terasa kencang sekali dan mulas, tapi masih bisa kutahan. Kupakai jalan bolak balik di teras rumah sampai maghrib tiba.

Seperti biasa, saat buka puasa aku tidak langsung makan nasi melainkan minum es dan gorengan sampai kenyang dan bisa dipastikan berujung dengan malas makan karena sudah kekenyangan dan baru makan nasi setelah sholat tarawih. Malam itu aku punya firasat yang berbeda, setelah takjil mengenyangkan itu, aku segera sholat maghrib dan kemudian makan nasi. Sambil menahan mulas yang muncul-tenggelam aku memaksakan diri agar nasi bisa masuk ke perut. Akhirnya, hanya beberapa suap saja, aku sudah mulai tidak tahan berlama-lama duduk di kursi. Kuletakkan piring makanku yang masih bersisa nasi cukup banyak, aku merebahkan diri di kasur di dalam kamar.

Di dalam kamar, aku mengambil hp dan mulai menyalakan stopwatch untuk memastikan bahwa kontraksinya semakin lama semakin dekat intervalnya dan semakin panjang durasinya. Dugaanku benar, durasinya 25 detik dengan interval 10 - 8 menit. Aku segera memanggil si mas.

Mas, ayo kita ke bidan Juraida

Lho, ngapain? nggak langsung ke RS aja tah?

Nggak deh, ke bidan dulu aja, suruh liatin udah bukaan berapa, biar ntar nggak kecele waktu ke RS kalo ternyata masih bukaan satu

Si mas menurut saja dan segera menyalakan motor. Sesampainya di rumah bidan Juraida ternyata rumahnya tutup.

Langsung ke RS aja ya say?” Si Mas menawarkan

Nggak ah, kita ke bidan Yatin aja

Lagi-lagi Si Mas menuruti kemauanku. Sesampainya di rumah bu Yatin, sambil meringis merasakan mulas yang semakin sering, aku minta diperiksa dalam untuk memastikan sudah bukaan berapa dan apakah kami sudah disarankan untuk segera ke RS sekarang juga. Setelah utak atik – utak atik.

Sudah bukaan tiga, ke RS sekarang saja, Bu

*diengggg!!!* oke, insyaAllah siap!

Keluar dari ruangan bu bidan, si Mas yang menunggu di luar sudah cemas tingkat propinsi.

Telpon taksi sekarang say, udah bukaan tiga

Si Mas mendadak gugup, dan buru-buru menelpon taksi.

Disuruh nunggu 20 menit say, gimana??

Nggak papa deh, sambil siap-siap. nggak usah panik” jawabku

Kami pun segera bergegas pulang.

Kita minta tolong Aan (tetangga, red) aja ya say, kelamaan kalo nunggu 20 menit” Si Mas menawarkan

Wes terserah lah” jawabku singkat (bin pasrah)

Sampai di rumah, si mas bergerak cepat, menyuruh adekku segera berkemas. Tas bayi dan tas pakaian untuk aku dan si mas kebetulan sudah disiapkan jauh-jauh hari, tinggal angkut. Ada beberapa list barang bawaan yang belum masuk tas tapi sudah kucatat di buku kecil andalanku, dan adekku segera menyiapkannya. Setelah barang bawaan beres, menu buka puasa yang belum sempat dimakan oleh si mas diangkut juga, aku sudah ganti baju, mobil juga sudah menunggu di depan rumah. Siap capcuss. Aku dan adekku naik mobil diantarkan Mas Aan (tetangga), dan si Mas naik motor (buat nanti transportasi si Mas selama di RS yang tentunya perlu mondar-mandir ke mana-mana).

Jam 19.00 Perjalanan dari rumah menuju RS.Bunda di Benowo-Surabaya memakan waktu kurang lebih 25 menit, sepanjang perjalanan aku tak henti-hentinya membaca Surat Al-Insyiroh, berdoa agar diberi kemudahan dan kelancaran, Adekku mengabari keluarga di sidoarjo, ibu, mas, mbak, tapi pesan tidak juga sampai karena semua sedang terawih di masjid. Sesampainya di RS, Si Mas yang sudah sampai lebih dulu menyambut di depan pintu IGD dan aku langsung diantar ke IGD untuk diperiksa dalam.

Di balik tirai tempat dimana aku diperiksa, banyak suara berisik dari para perawat yang sedang bercanda dan tertawa-tertawa keras, tentu saja sebagai pasien yang sedang mulas yang aduhai rasanya ini, rasanya pengen ngelempar sandal ke kepala mereka. Agghhrrr!!!

Aku diperiksa oleh seorang bidan yang bertugas jaga IGD, dari awal aku udah nggak sreg sama nih bidan, mukanya kurang bersahabat, cara menyambut pasiennya juga tidak hangat, tidak seperti image yang selama ini aku simpulkan dari RS.Bunda yang semua orang di dalamnya sangat ramah mulai dari karyawan, perawat, bidan, dokter, hingga satpam dan tukang parkirnya. tapi image itu tidak kutemui pada bidan yang satu ini (atau akunya aja yang lagi sensi karena lagi mulas berat. wkwkwk).

Menurut si bidan, setelah diperiksa dalam ternyata baru pembukaan satu. Whattt??!! Nggak mungkin, merasa sebelumnya sudah periksa di bidan waktu mau berangkat ke RS, tentu saja aku dan si Mas esmosi dong??!! Malah disuruh pulang lagi pula! Whattt?? Yang lebih bikin kesel tuh cara bicara dia yang seolah-olah meremehkan. “Baru bukaan satu kok bu, masih lama, bisa jadi lahirnya masih besok malam atau lusa. Anak pertama ya?? pantes kalau panik”. Aaghhrrr!!! rasanya pengen gue telen hidup-hidup deh nih orang. Lo kira gue anak manja yang nggak tahan sakit sedikit aja?? Lo kira gue orang bodoh apa, yang nggak tau hitungan durasi kontraksi?? Ini tuh udah gue hitung durasi dan interval kontraksinya tauuu!! Dan udah gue periksain ke bidan juga!!

Dan benar saja, gara-gara bidan dudul itu tadi, kami tidak mendapatkan rekomendasi untuk masuk ruang inap, sehingga kalau memaksakan diri untuk tetap menginap mulai malam ini juga maka kami tidak bisa menggunakan fasilitas askes, karena tidak ada rekomendasi dari bidan yang jaga dan memeriksa di IGD.

Si Mas mulai kesal, di bagian check-in rawat inap si mas nantangin, “Ya sudah, pasien umum gak masalah, yang penting kami tidak pulang kembali” .

Ohya Mas, kalau misalnya memang malam ini istri saya masuk rawat inap sebagai pasien umum karena dianggap belum akan melahirkan dalam waktu dekat, trus misalnya nanti tengah malam ternyata bukaannya sudah banyak, bagaimana statusnya??” Si Mas dengan nada geram mengajukan protes pada Mas-masnya.

Wah, kalau seperti itu, saya juga tidak tau, pak

Nahloh??!!

Akhirnya, tidak kehabisan akal, Si Mas langsung menelpon dokter Iman. Dengan tegas dokter Iman bilang, “Jangan pulang, saya yang akan kasih rekomendasi, biar nanti saya telpon pihak RS. Nanti jam 21.30 saya ke sana

Mampus lo!!!

Merasa di pihak yang menang, si mas segera mengurusi semuanya, aku dan adekku memilih untuk jalan-jalan dulu  sambil belanja cemal-cemil makanan ringan sekalian untuk sahur. Sambil terus menyambung kontak dengan ibu di rumah kami pun jalan menuju ke Indomaret yang letaknya hanya 150 meter dari RS sambil meringis-meringis saat kontraksinya datang, selama di indomaret pun aku menyerahkan pada adekku yang belanja dan memilih apa saja yang ingin dibeli, sementara aku jalan mondar-mandir di dalam indomaret, itung-itung olahraga agar pembukaannya cepat bertambah.

Jam 21.00 aku disuruh masuk ke ruangan untuk rekam jantung. Selama 30 menit dilakukan rekam jantung, mulasnya sudah semakin sering dan dekat jaraknya. Selesai rekam jantung, aku dipersilahkan istirahat di kamar perawatan, di sana adekku bersama barang-barang keperluan camping-nya sudah menunggu

Jam 21.30 di kamar perawatan, kami bertiga masih bercanda-canda sambil sesekali menggunjing bidan menyebalkan di ruang IGD tadi. Hihihi… Tak lama kemudian (jam 22.00) dokter Iman datang dengan wajah sumringahnya

Gimana bu? Sudah sering mulasnya

Iya, dokter

Coba saya periksa dalam dulu ya” utak atik – utak atik, “Sudah hampir bukaan lima, untung tadi nggak jadi pulang lagi, sudah saya marahin bidannya, sembrono dia

Kami mesam-mesem aja

Ya sudah, saya tinggal dulu ya, di lantai bawah mau ada operasi hamil di luar kandungan

Dan bidan yang mengantar dokter iman pun berpamitan juga, “Nanti jam 24.00 saya datang lagi untuk meriksa kemajuan pembukaannya ya! Kalau butuh apa-apa pencet bel itu

Jam 22.30 mulasnya semakin menjadi, aku mencoba menenangkan diri dengan memutar musik klasik, kemudian berganti murottal, namun semakin lama aku merasakan jeda dari satu kontraksi ke kontraksi berikutnya semakin dekat, sangat dekat bahkan, kurang dari 1 menit kayaknya (hehehe… pake ilmu kira-kira, karena udah nggak sanggup buat utak-atik stopwatch di hp). Si mas kuminta mengelus-elus punggungku, terus, dan terus. Hingga akhirnya, aku sudah tidak tahan lagi. sambil setengah berteriak

Pencet bel, Mas! udah nggak kuat” Si mas sigap memencet bel, 2 orang bidan segera datang.

Sudah nggak tahan katanya, mbak” lapor si mas ke dua bidan itu.

Langsung ke ruang bersalin ya bu!” aku menurut saja

Di ruang bersalin, aku langsung diminta mengganti rok yang kukenakan dengan kain jarik, setelah itu di utak atik – utak atik, “Sudah bukaan tujuh hampir ke delapan

Aku sudah tidak bisa merasakan apapun selain mulas yang teramat sangat.

Hanna waladat Maryam, wa Maryam waladat ‘Isa, ukhruj ayyuhal maulud, bi qudrotil Malik al-Ma’bud” berulang-ulang kuucapkan doa itu, sambil sesekali merintih, rasanya pengen buang air besar.

Tahan ya bu, jangan mengejan. tarik nafas, buang, tarik nafas, buang” bidan-bidan itu begitu sangat sabar meladeniku.

Mbak, pengen pup” aku merengek di tengah rasa sakit yang luar biasa.

Iya, ibu. pengen pup ya… tahan ya ibu, jangan mengejan, kalo mengejan sebelum waktunya bisa bikin bengkak, tahan ya, sebentar lagi dokternya datang

Duuuh, kalau ingat mbak-mbak bidan baik hati ini, rasanya pengen peluukkk deh, abisnya mereka tuh sabaaar banget, udah kayak ditenangin sama ibu.

Ups! ngomong-ngomong soal ibu, beliau masih dalam perjalanan dari sidoarjo menuju ke TKP.

Jam 23.00 dokter Iman datang dengan pakaian operasi lengkap. Ternyata beliau masih ada tindakan operasi dan berlari menuju ke ruang persalinanku begitu ditelpon oleh mbak-mbak bidan bahwa aku sudah mau melahirkan.

Dokter datang, semua peralatan sudah siap, mbak-mbak bidan masih mencegahku untuk mengejan, padahal sumpeh deh, dorongan untuk mengejan udah nggak ketahan sama sekali, malah seingatku udah sempat mengejan sekali sangking nggak tahannya.

Kalau mulasnya datang, langsung mengejan ya bu, dorong!” dokter iman memberi instruksi.

Sudah boleh mengejan, dokter?

Ya boleh dong!” jawab dokter iman santai.

Si mulas pun datang, daaan… Mengejan!

satu…

dua…

tiga…

empat…

lima…

bersamaan dengan mengejan yang ke lima kali, keluarlah sebongkah benda besar dari jalan lahir, dan itu lah dia, yang kami tunggu-tunggu, tepat jam 23.30 di tanggal 26 Juli 2013 lahirlah our lil princess “AQUEENA ADHWA TSURAYYA”

ALLAHU AKBAR!!!

Si Mas yang selalu mendimpingiku langsung memeluk dan menciumku berkali-kali.

Dedeknya udah lahir say, Makasih banyak ya, sayang…” bergetar suaranya diikuti derai air mata bahagia.

Aku yang masih setengah sadar antara percaya dan tidak percaya atas apa yang baru saja terjadi, diam saja tak bereaksi, hingga kemudian ibu yang baru datang pun memeluk dan meminta maaf karena terlambat beberapa menit saja. Setelah itu adekku yang sebelumnya kularang untuk mendekati ruang persalinan (karena dia belum menikah, takutnya bikin trauma, hehehe) juga berhambur mendekat ingin melihat my lil princess. Kami semua berbahagia.

Robbanaa hab lana min azwajina wa dzurriyyatina qurrota a’yun, waj’alna lil muttaqiina imaama.